Site icon Kanalsuara.id

Bolehkah Melaksanakan Sholat Hajat Setelah Sholat Tahajud?

Sholat Hajat

Sholat Hajat

KANALSUARA.ID – Pada umumnya orang memahami bahwa sholat tahajud dan sholat hajat adalah dua shalat berbeda yang biasa dilakukan pada malam hari.

Sehingga seseorang yang hendak shalat hajat harus menunggu malam.

Demikian pula dengan sholat tahajud yang hanya bisa didirikan pada tengah malam.

Anggapan seperti ini tidak salah, namun kurang tepat. Sholat hajat termasuk dalam kategori shalat sunnah yang dilakukan karena sebab tertentu.

Sebagaimana sholat minta hujan (istisqa’), sholat minta petunjuk memilih (istikharah), sholat gerhana mataharai dan bulan, sholat jenazah dan sebagainya.

Sholat-sholat tersebut boleh dilaksankan ketika terjadi beberapa sebab-sebab.

Tidak ada shalat jenazah tanpa orang mati kematian, shalat istikharah dilakukan hanya dalam kebimbangan untuk memilih, begitu juga sholat hajat yang dilaksanakan karena kebutuhan yang mendesak.

Artinya, sholat hajat bisa dilakukan setiap saat ketika seseorang dalam kondisi terdesak dan membutuhkan.

Jadi shalat hajat tidak harus dilakukan malam hari, karena hajat atau kebutuhan seseorang datang tanpa mengenal waktu. Sebagaimana diterangkan Imam Ghazali dalm Ihya’ Ulumuddin:

الثامنة صلاة الحاجة فمن ضاق عليه الأمر ومسته حاجة فى صلاح دينه ودنياه الى امر تعذر اليه فليصل هذه الصلاة

Yang kedepalan (dari beberapa shalat sunnah yang memiliki sebab) adalah shalat hajat.

Siapa saja yang berada dalam kondisi terjepit dan membutuhkan sesuatu baik urusan dunia maupun akhirat sedangkan dia tidak mampu menyelesaikannya, hendaklah dia melaksanakan shalat (hajat) ini.

Hal ini berbeda dengan sholat tahajud yang memang termasuk dalam kategori sholat sunnah yang tergantung pada waktu seperti sholat dhuha hanya boleh dilakukan selama waktu dhuha.

Sholat isyraq yang dilakukan ketika matahari terbit, dan juga shalat zawal yang dilakukan ketika matahari tenggelam.

Sholat-sholat tersebut hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, tidak bisa sembarangan waktu.

Bahkan dalam kasus shalat tahajjud disyaratkan pula tidur terlebih dahulu. Sebagaimana disebutkan dalam Hasyiyatul Bajuri

وهو لغة رفع النوم بالتكلف واصطلاحا صلاة بعد فعل العشاء ولومجموعة مع المغرب جمع تقديم وبعد نوم ولوكان النوم قبل العشاء وسواء كانت تلك الصلاة نفلا راتبا اوغيره ومنه سنة العشاء والنفل المطلق والوتراو فرضا قضاء او نذرا

Artinya :

“Tahajjud secara bahasa adalah bangun dari tidur yang berat. Sedangkan menurut istilah adalah shalat yang dilakukan setelah shalat isya (walaupun shalat isya’nya dijama’ taqdim dengan maghrib) dan setelah tidur. Meskipun tidurnya sebelum memasuki waktu isya, (demikian pula dinggap sebagai tahajjud) walaupun shalat sunnah rawatib, sunnah mutlaq, witir. Juga  (bisa dinggap sebagai tahajjud) shalat wajib yang karena qadha atau nadzar”.

Teks di atas dapat difahami bahwa tahajud adalah sholat yang dilakukan di waktu malam dan setelah tidur, meskipun sholat itu dimaksudkan sebagai sholat karena sebab tertentu, misalkan shalat hajat atau istikharah.

Dengan kata lain shalat hajat yang kebetulah dilakukan malam hari setelah tidur maka dapat dikatakan sebagai shalat tahajud.

Demikian pula shalat witir, istikharah dan lain-lainnya, asalkan didirikan malam hari dan setelah tidur bisa dianggap sebagai shalat tahajjud.

Adapun mengenai waktu pelaksanaannya diutamakan sepertiga malam terakhir. Karena pada malam-malam inilah waktu musatajabah.

Memasukkan dua kategori ibadah dalam satu pelaksanaan semacam ini dalam konteks ilmu fiqih termasuk dalam qaidah   الصموم والخصوص الوجهي yang keterangan panjangnya demikian:

اجتماع الشيئين فى مادة وانفراد كل منهما فى أخرى

Artinya:

Yaitu berkumpulnya dua perkara dalam satu kategori, dan keterpisahan keduanya menjadi kategori yang berbeda.

Dengan kata lain dapat diartikan bahwa bisa saja satu shalat berkedudukan sebagai shalat tahajjud sekaligus shalat hajat.

Seperti keterangan di atas (shalat hajat yang dilakukan malam hari setelah shalat isya’ dan setelah tidur).

Bisa juga sholat tahajud yang bukan shalat hajat, seperti shalat sunnah muthlaq atau shalat witir yang dilakukan setelah shalat isya dan setelah tidur.

Dan bisa jadi shalat hajat bukan tahajjud, seperti shalat hajat yang dilakukan siang hari bolong atau malam sebelum tidur.***

Exit mobile version